Sesuatu yang tidak dapat ditawar pada kehidupan kita sejak lahir hingga mati adalah hubungan individu dengna individu lain. Kebutuhan untuk menjalin hubungan social adalah bagian dari warisan social evolusi manusia (Berscheid dan Regan,2005) sepanjang hidup manusia membutuhkan persahabatan, orang tua, sahabat maupun orang terdekat. Individu tidak hanya cukup hadir didepannya tetapi juga merasakan ikatan erat dengan orang yang peduli dan menerima kita. Kebutuhan untuk diterima merupakan elemen universal dalam diri manusia. Maka, tak mengherankan jika kesepian dan penolakan social menjadi stress personal dan penderitan.
Apa itu Kesepian ?
Pengalaman kesepian
Kesepian adalah sebuah hal umum. Kesepian dapat berupa ketidaknyamanan karena sendirian sampai ke perasaan sangat menderita. Terkadang kesepian disebabkan oleh perubahan hidup yang membuat kita jauh dari sahabat dan kehilangan hubungan dekat. Orang-orang yang mengalami kesepian bertahun-tahun atau kronis (terlepas dari kehidupannya) menganggap dirinya sebagai “manusia kesepian” bukan sebagai seseorang yang berada dalam periode kesepian. Kesepian parah diasosiasikan dengan depresi, penggunaan obat-obatan erlarang alkoholik dan rendahnya nilai ujian.,kesehatan buruk, meningkatnya resiko masuk rumah sakit dan kematian orang tua (hawkley.burleson, Bernston dan Cacioppo,2003).
Weiss (1973) membagi kesepian menjadi 2 tipe, yaitu Emotional Lonellines (kesepian emosional) berasal dari sosok intim misalkan orang tua atau kekasih. Social Lonellines (kesepian social) keika seseorang kurang berintegrasi secaa social atau kurang terlibat dalam komunutas pertemanan atau ditempat kerja. Pasangan pengantin muda mungkin tidak merasa kesepian, namun jika mereka pindah rumah dari New jersey menuju Alaska, mungkin mereka merasakan kesepian social, sebaliknya wanita yang ditinggal mati suaminya mungkin akan merasakan kesepian emosional, namun ia masih memiliki ikatan social dengan orang lain (Green, Richardson, Lago dan Schatten-Jones,2001).
Siapa yang beresiko Mengalami kesepian?
Beberapa orang memiliki resiko besar mengalami kesepian (Breh, Miller, Perlman, dan campbel, 2002). Pengalaman masa kanak-kanak mungkin menyebabkan orang cenderung merasa kesepian pengalaman orang tua bercerai pada anak-anak lebih dirasakan pada anak-anak tersebut. Kesepian diasosiasikan dengan rasa malu dan harga diri rendah. Orang dengan kepercayaan diri rendah enggan mengambil resiko dalam situasi social atau mungkin karena dirinya kurang berharga. Maka, ia mungkin terjerumus kedalam hubungan social buruk dan akhirnya mengalami kesepian.
Kesepian juga dapat dipengaruhi oleh status ekonomi, seperti kaya atau miskin. Usia diengaruhi pula oleh usia. Reset yang dilakukan Perlman (1979) menyatakan bahwa kesepian paling banyak dirasakan oleh remaja dan dewasa daripada usia tua (pensiunan,dsb). Parlee (1979) tidak menyebutkan penyebab dari hasil riset tersebt. Namun diduga kemungkinan orang muda lebih siap ketimbang orang dewasa membicarakan perasaannya dan mengakui kesepiannya. Selain itu, orang muda menghadapi banya transisi social , misalnya, pindah rumah, masuk kuliah, hdup mandiri dan bekerja pertama kali yang semuanya dapat menyebabkan kesepian.
Penolakan social
Diseluruh dunia, eksklusi social banyak terjadi dan merupakan bentuk hukuman yang efektif(William,2001). Banyak orang dewasa menggunakan “pengkucilan” untuk menghukum anaknya dengan menyuruh mereka menghabiskan waktu sendirian saja. Penolakan oleh teman-teman merupakan pengalaman yang paling menyakitkan di masa kanak-kanak dan dapat menyebabkan kesepian dikalangan anak muda (Asher dan paquette,2003). Orang dewasa menggunakan penolakan social untuk mempengaruhi dan mengubah perilaku orang lain, dengan cara agar partner akra melakukan sesuatu atau berhenti melakukan sesuatuadalah dengan tindakan “mendamaikan”.
Selain itu, penolakan social mungkin melonggarkan control internal yang memampukan seseorang untuk mnengendalikan rasa marahdan sikap agresif. Beberapa kasus penembakan disekolah dimana siswa menyerang dan membunuh siswa lain dan guru mungkin terkait dengan pengalaman diasingkan atau dilecehkan yang pernah dialami pelaku.
Twenge, Bauminister, Tice dan Stucke (2001) menyatakan bahwa dibandingkan dengan mahasiswa yang mengalami penerimaan social, mahasiswa yang mengalami penolakan social lebih agresif dalam merespon orang yang menghina mereka.mahasiswa mengalami penolakan social tak memusuhi semua orang. Mereka mengarahkan agresinya pada seorang yang mengejek mereka dan merespon positif pada yang memuji mereka.
Cara mengatasi kesepian
kesepian tidak ada hubungannya dengan apakah kita memiliki kekasih atau berapa banyak teman yang kita miliki. Kita semua pernah mengalaminya. Namun ada banyak cara melaluinya, berikut beberapa gagasan untuk mengatasinya.Penerimaan – Saat kita merasa kesepian, kita cenderung untuk menarik diri dan tidak mau memberitahu orang lain karena merasa malu. Jangan menilai kesepian sebagai pengobatan. Ketika kita menghadapinya dengan sedikit perlawanan, kesepian akan melemah, tetapi ketika melawannya dengan sekuat tenaga, kesepian justru semakin kuat. ” saya merasa kesepian”, tanpa merasa malu atau membela diri, dan tanpa menuntut agar orang lain memperbaiki anda, itu merupakan kekuatan sehingga dinding penghalang dapat dibongkar. Ketika saya jujur dan berbagi perasaan dengan orang lain, tiba-tiba saya merasakan lebih bisa berhubungan dengan orang lain dan tidak terlalu kesepian. Kita dapat dengan mudahnya menilai diri sendiri dan ragu apakah orang lain ingin mendengar perasaan tidak bahagia ini. Padahal selalu saja ada orang yang mau menerima kita lebih daripada kita menerima diri sendiri.
Jujur tentang apa yang anda rasakan di balik kesepian – Di dasar kesepian kerap ada emosi lain seperti rasa marah, murka, sakit hati, bersalah, atau sedih. Karena kita tidak mau berbagi emosi itu, kita memutuskan hubungan dengan diri sendiri. Bersikaplah jujur terhadap diri sendiri tentang apa yang anda rasakan di balik kesepian. Butuh keberanian untuk merasakan emosi itu seutuhnya. Bagikanlah emosi yang anda alami dengan orang lain sehingga bisa tercipta hubungan.
Mengenal agenda anda yang paling dalam – Ego menginginkan agar kita tetap terpisah. Kesepian memang menyakitkan, tetapi ini dapat menutupi sesuatu yang bahkan lebih menakutkan. Bersedialah untuk mengakui bahwa jauh di dalam rasa kesepian, kita kerap berkeinginan untuk tetap terpisah. Kita mencoba untuk membuktikan sesuatu kepada seseorang. Di alam bawah sadar, di luar kesadaran, kita kerap mencoba membalas dendam terhadap orang lain. Mereka tidak melakukan sesuatu dengan layak dan kesepian kita adalah pembalasan diri. Tanyakan pada diri sendiri: kesepian yang anda rasakan ini adalah pesan yang anda tujukan pada siapa?? Siapa yang salah??
Mengenal rasa takut anda yang lebih dalam untuk bergabung – Bila kita jujur, ada bagian dari diri yang lebih suka duduk sendiri, alih-alih menghadapi ketakutan untuk sungguh-sungguh mencintai, dicintai, dan disertakan. Apakah anda pikir cinta atau rasa takut menciptakan kesepian??? Kesepian pada intinya adalah salah satu jalan paling sukses yang dimiliki ego untuk tidak mau bergabung. Itu adalah rasa takut kita untuk menjalin hubungan pada tingkat paling menyakitkan. Kita tidak dipisahkan dari segala hal baik, bahkan surga, kecuali di dalam alam pikiran kita sendiri. Ingat bahwa cinta pada prinsipnya adalah memberikan semua untuk semua, jadi pikirkan tentang bagaimana Anda melarang diri sendiri dari hal-hal baik yang anda pikirkan.
Jalan spiritual kita bukanlah tentang menghindari kesepian, atau berputus asa atas kesepian itu. Juga bukanlah tentang pikiran bahwa kesepian itu membuat kita istimewa atau mulia. Tetapi tentang menghadapi pengalaman itu dan ilusi kesepian dan mengakui bahwa itu hanyalah permainan ego untuk menyembunyikan cinta dari kita. Wallahua'lam...
sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar