Sabtu, 28 Agustus 2010

GangguanTidur (Sleepdisorder)


Tidur memiliki fungsi restoratife dan sebagian dari kita membutuhkan setidaknya 7 jam atau lebih untuk tidur dimalam hari agar kita berfungsi dengan baik. Namun demikian, tidak sedikit dari kita yang mengalami masalah gangguan tidur, meskipun penyebab dari masalah tersebut belum begitu jelas. Masalah tidur  yang menyebabkan  stress pribadi yang signifikan atau hendaya (distress) fungsi sosial,pekerjaan atau peran lain diklasifikasikan dalam DSM sebagai gangguan tidur (sleep disorder).



DSM Mengelompokkan gangguan tidur kedalam dua kategori  utama : dissomnia dan parasomnia.

1. Dissomnia (Dyssomnias)  Adalah gangguan tiduryang memiliki karakteristik terganggunya jumlah, kualitas atau waktu dari tidur. Ada lima tipe dissomnia,antara lain : insomnia primer, hipersomnia primer, narkolepsi, gangguan tidur  yang berhubungan dengan pernafasan, dan circadian rhythm sleep disorder (gangguan irama tidur sirkadia)

Insomnia istilah Insomnia berasal dari bahasa latin “in-“ yang artinya tidak atau tanpa, “somnus” berarti tidur. Insomnia muncul sewaktu-waktu ketika sedang stress, bukan sesuatu yang abnormal. Namun, insomnia yang terus ada dan memiliki karakteristik kesulitan berulang untuk tidur atau tetap tidur adalah periaku yang abnormal (pallesen dkk,2001).  Insomnia kronis yang bertahan selama sebulan atau lebih seringkali merupakan tanda dari masalah fisk  atau gangguan psikologis seperti depresi. Jika problem yang ada  dibalik insomnia ditangani dengan baik ada kemungkinan untuk memperbaiki pola tidur menjadi normal kembali.  Insomnia kronis yang tidak didisebabkan oleh gangguan psikologis, fisik lannya ataupun oleh efek obat atau pengobatan dikelompokkan kedalam insomnia primer.

Orang-orang dengan insomnia primer memiliki kesulitan untuk tidur,  terus menerus untuk tidur, atau mengalami tidur restorative(tidur yang membuat orang merasa segar dan berenergi) dalam waktu sebulan atau lebih. Orang-orang muda dengan insomnia  primer biasanya mengeluh membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi tertidur. Sedangkan orang yang lebih tua cenderung mengeluh sering terbangun malam hari dan bangun lebih awal dipagi hari.

Insomnia primer menyebabkan rasa lelah disiang hari dan menyebabkan timbulnya tingkat stress pribadi yang signifikan atau kesulitan menampilkan peran sosial,belajar, pekerjaan dan peran lain dengan baik. Tak mengherankan jika komorbilitas(kemunculan bersama) yang tinggi antara insomnia dan masalah psikologis lainnya  terutama kecemasan dan depresi (Breslau, dkk,1996; Morin & ware,1996). Meskipun prevelensi dari insomnia primer tidak diketahui, gangguan ini dipandang sebagai  bentuk ganggguan yang paling umum.

Faktor psikologis memainkan peran penting dalam insomnia  primer. Orang dengan insomnia primer cenderung membawa kecemasan dan  dan kekhawatiran mereka ke tempat tidur. Yang akan  memingkatan kesadaran tubuh sehingga mencapai keadaan untuk mencegah tidur secara alami. Kekhawatiran tidak cukup tidur akan menambah mereka mengalami kesulitan untuk tidur. Memaksakan diri untuk tidur akan membuat mereka  lebih cemas dan tegang. Sehingga tidak perlu memaksakan tidur namun yang perlu adalah mengatur persiapan tidur  dengan merebahkan diri. sehingga ketika lelah dan rileks  dan membiarkan rasa kantuk  muncul secara alami akan membantu kita untuk tidur.



Hipersomnia. Hipersomnia berasal dari kata berasal dari bahasa latin yang artinya tidur berlebih.  Hipersomnia primer merupakan rasa kantuk berlebih sepanjang hari  berlangsung sampai sebulan atau lebih. Rasa kantuk berlebih dapat berupa kesulitan untuk bangun  setelah periode panjang (8 atau 12 jam tidur). Atau ada pola episode  tidur siang muncul hampir tiap hari, dalam bentuk tidur siang yang diharapkan atau tidak diharapkan (misalnya tidak sengaja tertidur saat nonton tv). Gangguan ini disebut dengan gangguan primer  karena tidak disebabkan oleh kurang tidur pada malam hari,  atau factor lain (kebisingan tetanggan sehingga membuat orang susah tidur), dari gangguan psikologis dan fisik lainnya ataupun penggunaan obatatau pengobatan. Orang dengan hipersomnia memiliki rasa kantuk yang lebih parah dan bertahan lama yang biasanya memilikikesulitan melakukan  kegiatan sehari-hari daripada orang yang memiliki waktu tidur normal.

Nakolpesi. Narkolepsi berasal dari bahasa latin yang artinya serangan tida sadar. Orang dengan narkolepsi mengalami serangan tidur dimana mereka mendadak tertidur tanpa adanya pertanda pada waktu-waktu  yang beda setiap harinya. Mereka tetap tidur untuk  jangka waktu yang rata-rata sekitar 15 menit. Orang tersebut  dapat berada dalam perbincangan dengan orang lain pada suatu saat jatuh tertidur dilantai  pada saat berikutnya.  Diagnosa diberikan ketika  serangan tidur muncul  setiap hari selama periode 3 bulan atau lebih yang dikombinasikan dengan  kehadiran dari salah satu  atau dua dari kominasi tersebut, antara lain : (1) cataplexy (kehilangan kontrol otot secara mendadak)  dan (2) gangguan  tidur REM (Rapid Eye Movement)  dalam tahap transisi antara sadar dan  tidur (APA,2000).  Tidur  REM  atau rapid eye Movement ( gerakan mata yang  cepat ) adalah gerakan mata yang diasosiasikan dengan  bermimpi. Dinamakan begitu karena mata  orang yang tidur cenderung bergerak dengan cepat  dibawah kelopak matanya yang tertutup.  Serangan narkoleptik dihubungkan dengan  transisi yang cepat ke tidur REM dari  kondisi terjaga.

Cataplexy biasanya  diakibatkan oleh reaksi emosional  yang kuat seperti rasa bahagia  atau marah. Hal ini dapat berasal dari  rasa lemah yang  tak seberapa dikaki sampai benar-benar kehilangan  control otot yang mengakibatkan orang tersebut  jatuh secara tiba-tiba (Dahl, 1992) orang dengan narkolepsi juga mengalami  Sleep paralyshis (kelimpuhan tidur), tahap sesaayt yang mengikuti  kondisi terjaga dimana seseorang tidak dapat bergerak ataupun berbicara. Penderita juga melaporkan halusinasi yang mengerikan  yang disebut dengan hypnagogic hallucination yang muncul  sesaat sebelum tidur dan memunculkan sensasi visual. Auditorik, taktil dan kinestetik (gerakan tubuh).

Narkolepsi merupakan gangguan yang dapat terjadi pada wanita dan pri dan merupakan gangguan tidur yang tak biasa.  Berbeda dengan hipersomnia, yang menyatakan bahwa orang dengan hipersomnia tidak dapat bangun dengan segar, orang dengan narkolepsi cenderung merasa segar setelah mengalami serangan tidur tersebut. Namun hal ini sangat berbahaya  mengingat serangan  tidur yang cenderung mendadak yang mempengaruhi aktivitas harian, orang bias tertidur tiba-tiba kala mengemudi di jalan, ataupun ketika sedang menggunakan benda-benda tajam.  Penyebab narkolepsi belum pasti namun  kecurigaan difokuskan hilangnya sel otak  dalam hipotalamus (bagian otak )  yang menghasilkan zat kimia  pengatur tidur (Bazell,2000;Mignot dan Thorsby,2001; Peyron dkk,2000; Thannical,dkk,2000).

Gangguan Tidur yang Terkait dengan Pernafasan(breathing-related sleep disorder) mengalami gangguan tidur secara berulang  yang disebabkan masalah  pernafasan (APA,2000). Gangguan untuk tidur berkala mengakibatkab insomnia atau rasa kantuk berlebih disiang hari.

Subtype  dari gangguan ini dibedakan dalam hal penyebab yang mendasari  maslah pernafasan. Tipe yang paling umum adalah Objstructive sleep apnea yang meliputi episode berulang  dari gangguan pernafasan menyeluruh atau sebagian selama tidur (Zwillich,2000).  Kata apnea berasal dari  bahasa Yunani  yang artinya tidak /tanpa bernafas.  Kesulitan bernafas disebabkan adanya  aliran udara yang tersumbat  pada jalan udara diatas, namun sebagian disebabkan oleh  kerusakan struktur seperti langit-langit mulut yang terlalu besar atau  pembesaran tonsil atau adenoids.  Pada gangguan menyeluruh seseorang dapat  secara tak sadar  berhenti selama 15 sampai 90  detik sebanyak 500 kali dalam semalam. Ketika berhenti bernafas terjadi , seseorang dapat mendadak duduk, tersedak, mengambil nafas dalam beberapa kali dan tidur kembali tanpa terbangun dan menyadari bahwa pernafasannya terganggu.  Gangguan apnea yang sering muncul pada tidur normal, seringkali menyebabkan kantuk pada siang hari. Gangguan ini cenderung terjadi pada  pria paruh baya dan  sering tidak terdiagnosa pada wanita (Young dkk,1996). 

Tidak mengherankan bila penderita apnea memiliki kualiyas hidup daripada orang yang tidak mengalaminya (Gall, Issac, Kryger,1993). Tidur apnea juga merupakan  maslah kesehatan karenaadanya peningkatan hipertensi , factor resiko utama serangan jantung dan stroke (Nieto,dkk,200; Pepparad dkk,2000; Zwillich,2000).

Gangguan Irama Tidur Sirkadia. Sebagian besar fungsi tubuh mengikuti siklus atau irama internal yang disebut dengan irama sirkadia. Yang berlnagsung selama 24 jam. Bahkan dalam situasi yang penuh aktivitas, biasanya mereka dapat mengikuti  jadwal tidur bangun relative normal.
Orang dengan gangguan irama tidur sirkadia irama tidurnya cenderung   terganggu karena ketidakcocokan antara tuntutan jam tidur  yang ditetapkan oleh seseorang dengan  siklus  internal tidur –bangun orang  tersebut. Gangguan pada pola tidur  normal yang disebabkan oleh ketidakcocokan ini dapat menyebabkan insomnia atau hipersomnia. Seperti gangguan tidur lainnya ketidakcocokan yang berlangsung terus menerus dan  cukup parah sehingga menimbulkan tingkat stress yang signifikan atau hendaya  terhadap kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam peran, sosial, pekerjaan dan peran lainnya. Penanganan dapat  melibatkan program  penyesuaian secara bertahap  pada jadwal tidur  untuk menjadikan system  sirkadia seseorang sesuai dengan perubahan jadwal  tidur bangun  (Dahl,1992).
2.   Parasomnia (Parasomnias)  adalah  perilaku abnormal atau peristiwa fisiologis  yang muncul pada saat  tidur pada ambang  batas antara saat terjaga dan tidur . diantara berbagai benu parasomnia  lebih umum  adalah gangguan mimpi buruk, gangguan terror tidur, dan gangguan tidur sambil berjalan.
            Gangguan Mimpi Buruk  (Nightmare Disorder) merupakan proses terjaga  dari tidur  secara berulang karena mimpi yang menakutkan . biasanya mimpi buruk berupa cerita panjang yang menakutkan, diserang, diancam, atau dilukai. Mimpi buruk cendeung dapat diingat dengan jelas saat bangun. Meskipun kesadaran diperoleh setelah abangun dari mimpi buruk namun  kecemasan dan ketakutan tetap bertahan   dan menghalangi mereka untuk tidur kembali. 

            Mimpi buruk sering dihubungkan dengan  pengalaman traumatis dan umumnya  lebih sering terjadi ketika individu  berada dalam keadaan stress.  Mimpi buruk umumnya muncul saat tidur REM  periode REM ccenderung lebih panjang dan  mimpi muncul selama REM  lebih intensif  pada periode setengah terakhir dari tidur jadi biasanya mimpi buruk muncul pada larut malam atau menjelang subuh.  Meskipun mimpi buruk berisi aktivitas motorik yang hebat (melarikan dri dari serangan, dll) pemimpi cenderung  menunjukkan sedikit aktivitas otot. Proses biologis  yang sama mengaktivkan mimpi termasuk mimpi buruk. Akan menghambat  gerakan tubuhm mengakibatkan suatu jenis kelumpuhan. Hal ini yang menghalangi  pemimpi untuk tidak turut melompat atau menghindari dibalik lemari seperti dalam mimpinya.

            Gangguan Teror Tidur   biasanya berupa tangisan atau teriakan menyayat dimalam hari. Sebagian besar terjadi pada anak-anak. Anak biasanya akan terduduk, terlihat ketakutan dan menunjukkan proses terjaga yang ekstrem  (keringat berlebih, detak jantung dan bernafas dengan cepat)  lalu anak mulai berbicara tidak kohern  atau  bercerita namun tetap tidur, , jika anak itu sudah benar-benar bangun maka  ia mungkin tak dapat mengenali  atau mungkin menorong orang tuanya, setelah beberapa  menit ia akan kembali tertidur dan tidur denan nyenyak. Keesokan harinya ia akan bangun tetapi tidak mengingat pengalamannya tersebut. Serangan ini disebut dengan terror tidur.  Terror dalam tidur cenderung muncul pada sepertiga awal tidur dan belum memasuki tahap REM. (Dahl,1992).

            Gangguan  Teror tidur (Sleep terror disorder)  meliputi episode terror dalam tidur yang berulang  yang menghasilkan proses terjaga secara tiba-tiba  dan dimulai dengan teriakan panic (APA,2000). Jika orang terjaga saat tidur maka ia akan terlihat bingung dan mengalami disorientasi  untuk beberapa menit.

            Gangguan terror tidur pada anak-anak  biasanya muncul dimasa remaja.  Lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan. Sedangkan presentasi pada orang dewasa pada dua gender tersebut sama saja. Pada orang dewasa gangguan cenderung kronis,  dimana selama itu frekuensi dan  intensitas  episode tersebut meningkat dan menghilang dari waktu kewaktu.

            Gangguan Tidur Berjalan (Sleepwalking disorder) melibatkan episode berulang  dimana orang yang sedang tidur bangkit dari empat tidur dan berjalan sekitar  rumah sambil tetap tidur. Orang yang mengalami episode ini cenderung berada dalam keadaan tidur yang lebih dalam, yaitu yang tidak bermimpi (tidak ada kehadiran mimpi).  Jika gangguan tersebut  cukup parah akan  menyebabkan stress yang signifikan  karena ketidakmampuan melakukan fungsi secara baik.  Gangguan tersebut banyak terjadi pada anak-anak.  Penyebabnya belum pasti, namun diduga factor genetic  maupun lingkungan tuurut terlibat (Hublin, dkk,1997).
Orang dengan gangguan tidur berjalan sering menghindari menabrak barang, namun tidak banyak pula  terjadi  kecelakaan. Orang yang tidur berjalan cenderung memiliki tatapan kosong pada wajah mereka selama periode tersebut berlangsung. Umumnya tak responsive dengan orang laindan  sulit terbangun. Ketka terjaga mereka hanya bias mengingat sedikit dari pengalaman mereka semalam. Jika terjaga saat episode tersebut mungkin mereka akan merasa kebingungan dan mengalami disorientasi  beberapa saat, tetapi kemudian aakn mengalami kesadaran penuh. 


 




Penanganan Gangguan Tidur
Beberapa orang  menggunakan obat-obat  tidur yang disebut dengan hipnotik, namun ada beberapa  bentuk pendekatan lain selain nonfarmakologik,  terutama terapi kognitif perilau muncul kepermukaan.


Pendekatan Biologis
Obat-obatan antikecemasan biasanya digunakan untuk menangani insomnia misalnya saja kelompok oat penenang minor yang disebut dengan Benzodiazepine( Valium, Librium dan Ativan). Obat-obat anti kecemasan  bekerja dengan cara mengurangi  tingkat terjaga dan  membangkitkan perasaan tenang karenanya membuat orang semakin mudah tidur. 
Obat-obat tidur cenderung  untuk menghilangkan tidur REM (tahap dimana tidur mimpi tidak dihadirkan).  Yang menganggu dari fungsi restorative  dari tidur. Obat-obatan  tersebut  menyebabkan  bengong atau perasaan “menggantung” keesokan harinya yang diasosiasikan dnegan  rasa kantuk disiangharinya dan menurunnya kerja.
Pengguna juga dapat mengalami ketergantungan psikologis dengan pil  tidur. Karena itu, mereka dapat mengembangkan kebuthan psikologis akan pengobatan dan mengasumsikan bahwa mereka tidak akan mampu tidur tanpa obat tidur.
Tidak mengherankan  bila ada sediki bukyi  tentang manfaat jangka panjang  dari terapi obat setelah putus zat (morin dan worten,1996). Mengandalkan pil tidur tidak mengatasi  penyebab yang mendasari masalah  atau membantu orang belajar cara mengatasinyasecara efektif.  Jika obat hipnotis seperti benzodiazepine ditujukan pada masalah tidur , obat tersebut hanya boleh digunakan dalam waktu singkat saja (paling lama beberapa minggu) dan dengan dosis serendah mungkin (demet,1992; Kupfer dan Reynolds,1997). Tujuan seharusnya untuk melegakan  sementara hingga hasil klinisi  dapat membantu klien tersebut  menemukan cara efektif dalam  mengatasi sumber stress dan kecemasan  yang menyebabkan insomnia.

Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologis memiliki  keterbatasan terhadap insomnia primen. Namun secara keseluruhan pendekatan dengan penanganan kognitif-behavioral  menghasilkan manfaat penting dalam menangani kasus insomnia kronis, seperti diukur  dalam sejumlah waktu yang dibutuhkan untuk tidur.  Dan jumlah terjaga pada malam hari maupun  peningkatan kualitas  tidur (Currie,dkk,2000;Edinger,dkk,2001; Espie,dkk2001)
            Teknik kognitif behavioral menekankan  pada jangka pendek dan berfokus pada  penurunan kondisi fisiologis yang timbul, memodifikasi kebiasaan tidur yang maladaptive dan mengubah pemikiran  yang disfungsional. Terapis kognitif behavioral biasanya menggunakan  kombinasi dan beberapa teknik diantaanya  control stimulus, pemantapan siklus tidur bangun yang teratur, latihan relaksasi dan  restrukturisasi rasional.


Beberapa  teknik yang membantu  anda memiliki kebiasaan tidur adaptif :

1.      Berisirahat ditempat tidur hanya jika anda merasa ngantuk
2.      sebisa mungkin batasi waktu ditempat tidur hanya  untuk tidur saja. Hindari menonton tv atau  membaca ditempat tidur
3.      jika setelah sampai 10 sampai 20 menit  berbaring  di tempat tidur  anda masih belum tidur juga , bangkit dari tempat tidur, tinggalkan kamar tidur dan buat mood anda menjadi santai dengan membaca, mendengarkan musik  yang menenangkan atau latihan relaksasi.
4.      melakukan rutinitas teratur. Tidur lebih lama untuk mengganti tidur yang hilangdapat  mengubah jam tubuh anda. Setiap hari setel jam weker  anda pada jam sama dan  bangunlah tanpa menghitung  sudah berapa lama anda tidur.
5.      hindari tidur siang. Anda akan merasa tidak terlalu ngantuk  pada jam tidur malam jika anda tidur pada siang harinya.
6.      hindari merenung ditempat tidur.  Jangan memfokuskan diri untuk menyelesaikan masalah ayau mengatur sisa hidup anda ada saat anda berusaha untuk tidur. Katakana pada diri anda bahwa anda   memikirkannya besok. Bantu diri anda memasuki kerangka berpikir  yang lebih mengandung  anda untuk tidur dengan membantu fantasi  mental atau  perjalanan pikiran  atau biarkan saja pikiran anda mengalir dari kesadaran. Jika  ada ide penting datang pada anda,  jangan pelajari dulu pikiran dalam anda. Tuliskan  pada memo sehingga anda tidak akan lupa. Jika pikiran itu tetap bertahan, bangunlah dan ikutilah kemana pikiran itu pergi.
7.      tempatkan diri anda dalam rangka pemikiran yang bersifat santai sebelum tidur. Sejumlah orang menghabiskan waktu sebelum tidur dengan membaca, yang lain  menonton TV atau hanya beristirahat secara tenang. Lakukan apapun yang anda rasakan paling  menenangkan, anda akan menyadari bahwa ternyaa  nenbantu sekali untuk mempraktikkan teknik-teknik  menurun tingkat ketergugahan yang telah didiskusikan sebelumnya, seperti meditasi, atau relaksasi progreif diantara rutinitas waktu tidur.
8.      menciptakan jadwal latihan fisik yang teratur pada siang hari,latihan yang teratur  pada siang hari (Tidak sesaat sebelum tidur) dapat membantu  mrmbantu rasa kantuk saat beristirahat.
9.      hindari menggunakan atau meminum-minuman yang mengandung kafein, seperti kopi, teh pada sre atau malam hari. Hindari pula minuman beralkohol. Alkohol dapat mengganggu  pola tidur  yang normal (menurunkan kualitas tidur , tidur  REM dan  efisiensi  tidur) bahkan  jika dikonsumsi 6 jam sebelum waktu tidur (Landolt,dkk,1996)
10.  melatih restrukturisasi rasional. Mengganti pemikiran self-defeating dengan alternatif lainnya. Diantaranya :


Pikiran-pikiran yang berifat Self-defeating
Pikiran-pikiran alternatif
“ Saya harus tertidur sekarang  atau saya akan kacau  besok”
“saya mungkin merasa lelah  tetapi saya penah dapat melewatinya hanya dengan tidur sebentar sebelumnya. Saya akan dapat menggantinya  besok dengan tidur lebih awal”
“apa yang terjadi dengan saya sehingga tidak dapat tidur ?’
“berhenti menyalahkan diri sendiri . kamu tidak dapat mengontrol  tidurmu. Biarkan saja apa yang tejadi terjadilah.”
“Jika saya tidak tidur sekarang, saya tidak akan mampu utnuk berkonsentrasu  menghadapi ujian besok(konferensi, rapat)”
“konsentrasi saya mungkin akan sedikit terganggu tetapi saya tidak akan gagal. Tidak ada gunanya menghancurkan suatu yang berada diluar proposrsi. Saya juga dapat bangun  sebentar dan menonton TV sebentar daripada berbaring disini sambil termenung.”

Sumber:
Nevid, Jeffrey S, Spencer A. Rathus, dan Beverley Greene. 2003. Psikologi Abnormal.  Jakarta :Erlangga.  

Link terkait:

http://www.e-psikologi.com/epsi/kesehatan_detail.asp
http://medicastore.com/seminar/108/Dampak_Insomnia_Terhadap_Kesehatan_Tubuh.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar