Tipe-Tipe Gangguan Mood
1. gangguan depresi :
a. gangguan depresi mayor
terjadi satu atau lebih periode atau episode depresi ( disebut episode depresi mayor) tanpa ada riwayat terjadinya episode manik atau hipomanik alami. Seseorang dapat mengalami satu episode depresi mayor, yang diikuti dengan kembalinya mereka pada keadaan fungsional yang biasa. Umumnya orang yang pernah mengalami depresi mayor dapat kambuh lagi di antara periode normal atau kemungkinan mengalami hendaya pada fungsi-fungsi tertentu.
b. gangguan distimik
pola depresi ringan (tetapi kemungkinan saja menjadi mood yang menyulitkan pada anak-anak atau remaja ) yang terjadi dalam satu rentang waktu—pada orang dewasa biasanya dalam beberapa tahun
2. gangguan perubahan mood :
a. gangguan bipolar
gangguan yang disertai satu atau lebih episode manik atau hipomanik (episode mood yang melambung dan hiperaktivitas dimana penilaian dan tingkah laku mengalami hendaya). Episode manik atau hipomanik sering digantikan dengan episode depresi mayor dengan jeda periode mood yang normal
b. ganguan siklotimik
gangguan mood kronis meliputi beberapa episode hipomanik (episode yang disertai dengan cirri-ciri manik pada tingkat keparahan yang lebih rendah daripada episode manik) dan beberapa periode mood tertekan atau hilangnya minat atau kesenangan pada kegiatan-kegiatan, tetapi tingkat keparahannya tidak sampai memenuhi criteria sebagai episode depresi mayor (sumber DSM-IV- TR) (APA,2000)
Ciri Umum Depresi
1. perubahan pada kondisi emosional
perubahan pada mood (periode terus menerus dri perasaan terpuruk, depresi, sedih atau muram penuh air mata atau menangis)
2. perubahan dalam motivasi
Perasaan tidak termotivasi atau memiliki kesulitan untuk memulai (kegiatan) dipagi hari atau bahkan sulit untuk bangun dari tempat tidur
Menurunnya partisipasi sosial atau minat aktivitas sosial
Kehilangan kenikmatan atau minat terhadap aktivitas yang menyenangkan
Menrunnya minat pada seks
Gagal berespon pada pujian atau reward
3 perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik
Bergerak dan berbicara dengan lebih pelan daripada biasanya
Perubahan dalam kebiasaan tidur (tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit, bangun lebih awal dari biasanya da merasa sulit untuk tidur kembali dipagi buta—disebut mudah terbangun dipagi buta)
Perubahan dalam selera makan (terlalu banyak atau terlalu sedikit)
Perubahan berat badan (bertambah atau kehilangan berat adan)
Berfungsi kurang efektif I tempat kerja atau disekolah
4. perubahan kognitif
Kesulitan konsentrasi atau berpikir jernih
Berpikir negative mengenai diri sendiri dan masa depan
Perasaan bersalah atau menyesal atas kesalahan dimasa lalu
Kurangnya self-esteem atau kurang adekuat
Berpikir akan kematian atau bunuh diri
Depresi Mayor
Suatu episode depresi mayor ditandai dengan munculnya lima atau lebih cirri-ciri atau symptom dibawah ini selama suatu periode 2 minggu yang mencerminkan fungsi sebelumnya. . paling tidak satu ciriciri tersebut harus melibatkan (1) mood yang depresi atau (2) kehilangan minat atau kesenangan dalam beraktivitas. Lebih lagi symptom-simptom tersebut harus menyebabkan baik tingkat distress yang signifikan secara klinis ataupun hendaya paling tidak dalam satu area penting dari fungsi, seperti fungsi sosial atau pekerjaan dan harus bukan akibat penggunaan langsung dari obat-obatan atau medikasi dari kondis medis ataupun dari gangguan psikologis lain
- mood yang depresi hamper sepanjang hari dan hamper setiap hari dapat berupa mood mudah tersinggung pada anak-anak atau remaja
- penurunan tingkat kesenangan atau minat secara drastic dalam semua atau hamper semua aktivitas, hamper tiap hari, hamper sepanjang hari
- suatu kehilangan atau penambahan berat badan yang signifikan (5% lebih dari berat tubuh dalam sebulan), tanpa ada upaya apapun untuk berdiet, atau suatu peningkatan atau penurunan selera makan
- setiap hari (atau hamper tiap hari) mengalami insomnia atau hipersomnia 9tidur berlebih)
- agitasi yang berlebihan atau melambatnya respon gerak tiap hari
- perasaan lelah atau kehilangan energi hamper setiap hari
- perasaan tidak berharga atau salah tempat atau rasa bersaah yang berlebihan dan tidak tepat yang terjadi hamper tiap waktu
- berkurangnya kemampuan konsentrasi atau berpikir jernih atau membuat keputusan setiap hari
- pikiran yang muncul berulang tentang kematian atau bunuh diri tanpa suatu rencana yang spesifik atau munculnya suatu percobaan bunuh diri atau rencana spesifik melakukan bunuh diri
- sumber : adaptasi DSM IV TR (APA 2000)
Faktor-Faktor Resiko Dalam Depresi Mayor
Factor yang meningkatkan resiko seseorang untuk mengembangkan depresi mayor meliputi usia (onset atau kemunculan awal lebih umum terjadi pada dewasa muda daripada dewasa yang lebih tua); status sosioekonomi dan status pernikahan .
Gangguan Distimik
Orang dengan gangguan distimik merasakan “spirit yang buruk” atau “keterpurukan” sepanjang waktu namun mereka tak mengalami depresi yang parah seperti yang dialami orang selama depresi mayor. Gangguan distimik cenderung ringan dan kronis biasanya berlangsung selama beberapa tahun (Klein, dkk, 2000b). perasaan depresi dan kesulitan sosial terus ada bahkan setelah orang tersebut menampakkan kesembuhan (USDHHS, 1999a).
Gangguan Bipolar
Orang dengan gangguan bipolar mengalami roller coaster emosional berayun dari satu ketinggian kegiranan ke kedalaman depresi tanpa adanya penyebab eksternal. Episode pertama dapat berupa manik atau depresi. Episode manik biasanya bertahan beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan umumya lebih singkat durasinya dan berakhir secara tiba-tiba daripada eisode depresi mayor.
DSM membedakan 2 tipe umum gangguan bipolar, gangguan bipolar 1 dan gangguan bipolar 2 (APA,2000) pada gangguan bipolar I, seseorang paling tidak mengalami satu episode manik penuh. Yaitu individu mengalami perubahan mood antara rasa girang dan depresi diselingi periode antara mood normal. Gangguan bipolar II diasosiasikan dengan gangguan mood yang lebih ringan yaitu seseorang mengalami satu atau lebih epiode mayor depresi dan paling tidak satu kali hipomanik. Namun tidak mengalami satu episode manik secara penuh .
Episode manik
Episode manik atau periode maniak biasanya muncul secara tiba-tibamenumpulkan kekuatan dalam beberapa hari. Selama satu episode manik orang akan mengalami elevasi atau ekspansi mood yang tiba-tiba dan merasakan kegembiraan, euphoria atau optimisme yang tidak biasa.
Orang yang mengalam sebuah episode atau fase maniak merasa bersemangat dan akan mengolok orang lain dengan memberikan lelucon yang keterlaluan, menjadi argumentative terkadang bertindak jauh dengan merusak barang-barang. Berbicara cenderung sangat cepat (dengan pembicaraan yang penuh tekanan (pressure speech), sehinga orang lain sulit menyela mereka.
Gangguan Siklotimik
Yaitu gangguan yang ditandai perubahan mood ringan paling tidak selama 2 tahun (1 tahun untuk anak-anak dan remaja). Gangguan siklotimik biasanya bermula pada alhir masa remaja dan awal masa dewasa dan berlangsung selama bertahun-tahun.
Perspektif Teoritis Tentang Gangguan Mood
1. Teori psikodimaika
Freud dan pengikutnya meyakini bahwa depresi mewakili kemarahan yang diarahkan kedalam diri sendiri dan bukan kepada orang-orang yang dikasihi. Rasa marah dapat diarahkan kepada self setelah mengalami kehilangan yang sebenarnya atau ancaman kehilangan dari orang-oang yang dianggap penting.
Freud percaya bahwa berduka (mourning) atau rasa berduka yang normal adalah proses yang sehat karena dengan duka akhirnya seseorang dapat melepaskan diri secara psikologis dari seseorang yang hilang karena kematian, perpisahan, perceraian dan alas an lain. Namun rasa duka yang patologis idak mendukung perpisahan yang sehat. Malah akan menumpuk depresi yang tak berkesudahan. Rasa duka yang patologis cenderung terjadi pada seseorang yang memiliki perasaan ambivalen (ambivalent) yang kuat—kombinasi perasaan positif (cinta) dan negative (marah, permusuhan)—terhadap orang yang telah pergi atau ditakutkan kepergiannya.
Menurut psikodinamika, gangguan bipolar mewakili dominasi berubah-ubah dari pribadi individu antara ego (diri sendiri) dengan super ego (sisi moral dari diri). Dalam fase depresi, superego lebih dominant memproduksi kesadaran yang berlebhan atas kesalahan-kesalahan dan membanjiri diri dengan perasaan bersalah dan ketidak berhargaan. Setelah beberapa saat ego muncul kembali dan mengambil alih supremasi memproduksi perasaan girang dan self-confidence yangmenandai fase manik. Ekshibisi ego yang berlebihan akan memicu kembalinya rasa bersalah dan kembali menenggelamkan individu dalam depresi.
2. Teori Humanistik
Orang menjadi depresi saat mereka tidak dapat mengisi keberadaan mereka dengan makna dan tidak dapat membuat pilihan-pilihan yang autentik yang dapat menghasilkan self-fullfillment (pemenuhan diri). Kemudian dunia dianggap sebagai tempat yang menjemukan. Pencarian orang terhadap makna memberi warna dan arti kehidupan bagi kehidupan mereka. Perasan bersalah dapat timbul saat orang percaya bahwa mereka tidak membangkitkan potensi-potensi mereka. Psikolog humanistic menantang kita untuk memperhatikan kehidupan kita secara mendalam.
Teoritikus humanistic berfokus pada hilangnya self-esteem (harga-diri/ rasa keberhargaan atas diri/ penghargaan terhadap diri) yang dapat muncul saat orang kehilangan teman atau anggota keluarga atau mengalami kemunduran atau kehilangan pekerjaan. Kita cenderung mengembangkan identitas personal atau rasa self-worth (rasa kepantasan diri) dengan peran sosial kita sebagai orang tua, pasangan, pelajar atau pekerja. Bila identitas peran hilang melalui kehilangan pasangan, pekerjaab, anak-anak yang pergi kuliah, sense of purpose (arah tujuan) dan self-worth dapat terguncang. Depresi adalah konsekuensi yang sering terjadi dari kehilangan tersebut.
3. Teori Belajar
Teoritikus belajar cenderung memikirkan factor situasional yang menyebabkan adanya gangguan mood seperti kehilangan reinforcement positif ( semacam reward/ timbal balik positif yang mendorong seseorang berlaku tertentu).
Peter Lewinson (1974) menyatakab bahwa depresi dihasilkan dari ketidakseimbangan antara output perilaku dan input reinforcement yang berasal dai lingkungan. Kurangnya reinforcement untuk usaha seseorang dapat menurunkan motivasi dan menyebabkan perasaan depresi. Lingkaran setan dapat terjadi : penarikan diri dan ketidak arifan dari lingkungan sosial menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan reinforcement dan reinforcemen yang kurang akan memperburuk penarikan diri. Tingkat aktivitas rendah yang menjadi cirri depresi juga dapat menjadi sumber dari hasil sekunder atau reinforcement sekunder.
4. Teori Interaksi
Berdasarkan pendapat james coyne (1976) menyatakn bahwa penyesuaian pada kehidupan bersama dengan orang yang depresi dapat sangat menekan sehingga makin lama reinforcement yang diberikan pasangan atau anggota keluarga pada orang depresi makin berkurang.
Teori interaksi didasarkan pada konsep interaksi timbale balik. Perilaku seseorang mempengaruhi dan sebaliknya dipengaruhi orang lain. Teori ini menyatakan orang yang mudah depresi beraksi terhadap stress dengan menuntut diberi keyakinan dan dukungan sosial yang lebih besar.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa orang yang ddepresi cenderung menghadapi penolakan dalam hubungan jangka panjang (Marcus dan Nardone,1992). Anggota keluarga dapat menyadari betapa penuh tekanan upaya menyesuaikan diri dengan orang yang depresi.
Dari semua bukti mendukung keyakinan Coyne bagwa orang yang menderia depresi memperoleh penolakan dari orang lain, namun masih terdapat bukti yang kurang untuk menunjukkan bukti bahwa penolakan dilandasi emosi negative (marah dan jengkel) yang ditimbulkan oleh orang yang depresi dalam diri orang lain (segrin dan Dillard,1992). Dilain pihak banyak literature yang menyatakan bahwa orang yang depresi kurang memiliki keterampilan sosial yang efektif, yan dapat menjadi penyebab dari fakta bahwa orang lain sering menolak mereka (Segrin dan Abramsom,1994). Mereka cenderung tak bertanggung jawab , tidak melibatkan diri dan bahkan tidak sopan saat berinteraksi dengan orang lain.
5. Teori kognitf
Teori Kognitif Aaron Beck
Menghubungkan antara pengembangan depresi dengan adopsi dari cara berpikrir yang bias atau terdistorasi secara negative diawal kehidupan—segitiga kognitif depresi
Segitiga Kognitif Depresi
1. Pandangan Negatif tentang Diri sendiri
Memandang diri sendiri sebagai tak berharga, penuh kekurangan, tidak adekuat
, tidak dapat dicintai, dan sebagai kurang keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai kebahagiaan
2. Pandangan Negatif terhadap lingkungan
Memandang lingkungan sebagai memaksa tuntutan yang berlebihan dan atau memberikan hambatan yang tidak mungkin diaasi yang terus menerus menyebabkan kegagalan dan kehilangan.
3. Pandangan negative terhadap masa depan
Memandang masa depan sebagai tak ada harapan dan meyakini bahwa dirinya tidak memiliki kekuatan untuk mengubah hal-hal menjadi lebih baik. Harapan oran tersebut terhadap masa depan hanyalah kegagalan dan kesedihan yang berlanjut serta kesulitan uang tidak pernah usai.
Beck memandang konsep negative mengenai self di dunia sebagai cetakan mental atau skema-skema kognitif yang diadopsi saat masa kanak-kanak atas dasri pengalaman belajar awal kanak-kanak. Anak-anak dapat menemukan bahwa tiada satu apapun yang mereka lakukan cukup baik sehingga dapat menyenangkan orang tua dan guru mereka. Sehingga mereka menganggap diri sebagai orang yang tidak kompeten dan memandang suram prospek masa depan mereka. Keyakinan-keyakinan tersebut akan membuat mereka lebih sensitive dikehidupan selanjutnya sehingga menginterpretasikan kegagalan atau kekecewaan sebagai refleksi sesuatu yang pada dasarnnya salah atau tidak adekuat menegnai diri mereka sendiri. Kekecewaan dan kegagalan pribadi menjadi “dibesar-besarkan melampaui proporsinya” bahkan kekecewaan kecil dapat menjadi hempasan yang merusak atau kekalahan total yang dapat menyebabkan depresi.
6. Teori Ketidakberdayaan (Atribusional) Yang Dipelajari
Orang menjadi depresi karena ia belajar memandang dirinya sendiri sebagai tidak berdaya dalam mengontrol reinforcement-reinforcement dilingkungannya—atau untuk mengubah hidup menjadi lebih baik.
Selingman (1975,1991) menyatakan bahwa sejumlah bentuk depresi pada manusia mungkin berasal dari pemaparan terhadap situasi yang tampaknya tidak dapat dikontrol. Selingman dan kolega-koleganya mengubah teori ketidakberdayaan dalam kerangka konsep psikologi sosial atas gaya atribusional. Gaya atribusional adalah suatu gaya personal dalam menjelaskan sesuatu. Saat gagal atau kecewa kita menjelaskan dalam berbagai cara yang memiliki berbagai karakteristik. Kita dapat menyalahkan diri sendiri (atribusi internal) atau menyalahkan situasi yang kita hadapi (atribusi eksternal). Kita dapat melihat pengalaman buruk sebagai kejadian yang melekat dengan karakteristik pribadi (atribusi stabil) atau peristiwa yang terpisah (Atribusi tak stabil). Kita bisa melihat dari bukti masalah yang luas (atribusi global) atau sebagai bukti suatu kelemahan tertentu yang terbatas (atribusi spesifik). Berdasarkan keterangan atas diformulasikan lagi teori tersebut dan meyakini bahwa orang yang menjelaskan dari peristiwa negative dengan dasar 3 tipe atribusi berikut adalah orang yang rentan terhadap depresi :
1. factor-faktor internal yakni keyakinan bahwa kegagalan merefleksikan ketidakmampuan pribadi, ddan bukan factor-faktor eksternal atau keyakinan bahwa kegagalan disebabkan oleh factor-faktor lingkungan;
2. factor global atau keyakinan bahwa kegagalan merefleksikan seluruh kesalahan dalam kepribadian bukan factor spesifik atau keyakinan bahwa keagalan merefleksikan area yang terbatas dari kemampuan berfungsi
3. factor stabil akeyakinan bahwa gagal merefleksikan factor kepribadian yang menetap dan bukan factor yang tidak stabil atau keyakinan bahwa factor-faktor yang menyebabkan kegagalan dapat diubah!
Faktor Biologis
1. factor genetis
2. factor biokimia dan abnormalitas otak dalam depresi
Penanganan Gangguan Mood
1. Pendekatan psikodinamika
Psikoanalisis tradisional membantu orang depresi untuk memeahami perasaan mereka yang ambivalen terhadap orang-orang (objek) penting dalam hidup mereka yang telah hilang atau terancam hilang. Dengan menggali perasaan marah terhdap objek yang hilang , mereka mengarahkan rasa marah keluar—melalui ekspresi verbal dari perasaan dan bukan membiarkannya menjadi lebih buruk dan mengarah kedalam.
2. Pendekatan Behavioral
Terapi perilaku bertujuan secara langsung memodifikasi perilaku dan bukan menumbuhkan kesadaran kemungkinan penyebab yang tidak disadari dari perilaku-perilaku ini.
3. Pendekatan Kognitif
Aaron beck dan kolega-koleganya telah mengembangkan pendekatan pengembangan multikomponen disebut terapi kognitif yang berfokus pada membantu orang depresi menyadari dan mengubah pola pikir mereka yang disfungsional
4. Pendekatan Biologis
Pendekatan biologis umumnya menangani gangguan mood melibatkan penggunaan obat-obatan antidepresan dan terapi elektrokonvulsif untuk depresi serta litium karbonat untuk gangguan bipolar
Tips membantu menangani Mood
mengatasi gangguan mood bisa di lihat pada situs ini :
penelusuran lebih lanjut :
Sumber
Nevid, Jeffery S, Spencer A ratuhus dan Beverly Greene. 2003. Psikologi abnormal. Jakarta : Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar